FALSAFAH SYAIR
ALFIYAH IBNU MALIK
ALFIYAH IBNU MALIK,
siapapun akan mengetahuinya, anak kecil, orang dewasa, dan bahkan mingkin orang
yang sudah pikun pun akan ingat tatkala disebut namanya, tak terkecuali santri
yang hanya mondok musiman, demikian ini karena kemasyhurannya. Para Ulama’ mengakui
Alfiyah Ibnu Malik merupakan karya yang terbaik dan terringkas bahkan terunggul
dibidang ilmu nahwu. Deretan bait ilmu nahwu yang beliau lantunkan, ternyata
bila dicermati didalamnya terkandung kalam-kalam penuh hikmah, falsafah
dan nasehat yang mampu menyentuh ruh, jiwa hingga mendasara kedalam kalbu.
Imam Ghozali
berpendapat bahwa Alfiyah Ibnu Malik bukan merupakan kitab yang berisi fan ilmu
agama. Alfiyah akan menjadi kitab fan ilmu agama apabila digunakan sebagai alat
untuk membaca kitab-kitab agama, apabila tidak, maka kitab Alfiyah Ibnu Malik
berisi beberapa fan ke-ilmu-an.
Tulisan ini mencoba mengupas makna yang tersirat dari bai-bait syair Alfiyah Ibnu Malik yang didalamnya terdapat arti kiasan berupa kalam hikmah, falsafah dan nasehat kehidupan.
مَنْ تَبَحَّرَ فِى عِلْمٍ وَاحِدٍ تَبَحَّرَ جَمِيْعَ الْعُلُوْمِ
Konon, Mbah Kyai
Kholil Bangkalan Madura bila ada pertanyaan, baik dalam ilmu fikih maupun
permasalahan hidup lainnya, beliau sering menjawabnya dengan nadzhom Alfiyah.
Suatu ketika, ada pertanyaan yang diajukan kepada Mbah Kholil mengenai bagaimana hukumnya satu desa terdapat dua sholat jumat? Maka beliau menjawabnya langsung dengan nadzhom Alfiyah :
وَفِى اخْتِيَارِ لَا يَجِيْئُ الْـمُنْفَصِلُ إِذَا اَتَى أَنْ
يَجِيْئَ الْـمُتَّصِلُ
Bahkan jawaban seperti ini sesuai
dengan teks-teks kitab fikih, lalumampukan generasi sekarang menyingkap
kearifan dan luhurnya mutiara syair Alfiyah Ibnu Malik?
فَارْفَعْ بِضَمِّ
وَانْصِبَنْ فَتْحَا وَجُرّ كَسْرًا كَذِكْرُ اللهِ عَبْدَهُ يَسُرْ
وَاجْزِمْ بِتَسْكِيْنٍ
................................................................................
“Bercita-citalah setinggi langit, dan
berteriaklah yang mulia, serta rendahkanlah hatimu. Insya Alloh ﷻ dirimu akan
mendapat kemudahan serta kebahagiaan dan mati dengan khusnul khotimah” Amin.
وَكُلُّ حَرْفٍ
مُسْتَحِقُّ لِلْبِنَا وَاْلأَصْلُ فِى الْـمَبْنِى أَنْ يُسَكَّنَ
“Setiap individu hendaklah memilikijiwa yang kokoh, berpegang teguh pada kebenaran.dan pada hakekatnya keteguhan seseorang tergantung pada keistiqomahan hati, karena (banyak plin-plan merupakan ciri konyol)”
كَالْيَاءِ وَالْكَافِ
مِنِ ابْنِى أَكْرَمَكَ وَالْيَاءِ وَالْهَا مِنْ سَلِيْهِ مَا مَلَكَ
“Jadilah istri yang menerima adanya keadaan suami, mintalah yang ia miliki, dan didiklah anakmu sopan santun serta budi pekerti yang mulia, niscaya anakmu akan memuliakan dirimu)”
وَكُلُّ مُضْمَرٍ لَهُ
الْبِنَا يَجِبْ وَلَفْظُ مَا جُرَّ كَلَفْظِ مَا نُصِبْ
“Setiap rahasia itu wajib disimpan. Apabila tidak dapat menyimpannya, maka akan diremehkan/tidak dipercaya. Namun sebaliknya, ”
لِلرَّفْعِ وَالنَّصْبِ
وَجَرِّنَا صَلَحْ كَأَعْرِفْ بِنَا فَإِنَّنَا نِلْنَا الْـمِنَحْ
وَقَدِّمِ اْلأَخَصَّ
فِى اتِّصَالِ وَقَدِّمَنْ مَا شِئْتَ فىِ انْفِصَالِ
“Dahaulukanlah orang yang lebih mulia didalam pangkat, derajat, maupun umur dari pada dirimu. Setelah itu kamu boleh mendahulukan siapa saja yang kau kehendaki”
وَفِى اتِّحَادِ
الرُّتْبَةِ اَلْزِمْ فَصْلًا وَقَدْ يُـــبِــيْحُ الْغَيْبُ فِيْهِ وَصْلًا
“di dalam mengadapi dilemacalon pendamping sebaiknya kau lepaskan salah satunya, dan pilihlah yang sesuai dengan hatimu lewat jalan istikharah”
وَإِنْ يَكُـــوْنَا
مُفْرَدَيْنِ فَأَضِفْ حَــتْمًا وَإِلَّا أَتْــبِعِ الَّذِىْ رَدِفْ
“Menurut para ulama’.... Bila sepasang suami dan istri hanya berdua saja, maka.... rengkuhlah, dan carilah pahala sebanyak-banyaknya (to the point)”
“Dan bila mana
dihadapanmu banyak orang, maka perlihatkanlah mawaddah
warrahmah (saling menyayangi)nya”
فَارْفَعْ بِضَمٍّ
وَانْصِبَنّْ فَتْحًا وَجُرَّ كَسْرًا كَذِكْرُ اللّـهِ عَبْدَهُ يَسُرْ
وَاجْزِمْ
بِتَسْكِــيْنٍ .............
“Rayulah dengan mesra,
ajaklah untuk bergurau. Setelah keduanya takluk,baru
mulai dengan dzikir kepada Allah ﷻ supaya keduanya sama-sama merasa tenang
dan nikmat dengan ridlo Allah ﷻ untuk
mendapatkan anak shalih dan shalihah”
بِذَا لِـمُفْرَدٍ
مُذَكَّرْ أَشِرْ بِذِى وَذِهْ تِى تَا عَلَى اْلأُنْـــــثٰى اقْتَصِرْ
“Seorang laki-laki itu diperbolehkan poligami sampai empat istri, bukan berarti mengizinkan pelampiasan sexual, akan tetapi hanya merupakan alternatif dari perzinahan dan pelacuran”.
وَمُفْرَدُا يَأْتِى
وَيَأْتِى جُمْلَةً حَاوِيَــةً مَعْنَى الَّذِىْ سِيْقَتْ لَهُ
“seorang suami boleh mempunyai istri lebih dari satu, dengan syarat tidak untuk melampiaskan nafsu birahi, tetapi untuk memperbanyak keturunan yang baik jika memang mampu”.
وَأَخْبَرُوْا
بِاثْـــنَــيْنِ أَوْ بِأَكْــثَرَا عَنْ وَاحِدٍ كَهُمْ سَرَاةٌ شُعَرَاءُ
“Para alim ulama’ banyak yang mempunyai istri lebih dari satu karena mempunyai tujuan untuk memperbanyak waladun shalihah yang mampu untuk meneruskan perjuangan dakwahnya”.
وَكُــلُّهَا يَلْزَمُ
بَعْدَهُ صِلَهْ عَلَى ضَمِيْرٍ لَائِـــقٍ مُشْتَمِلَةْ
“Semua wanita setelah menjalankan pernikahan pada lazimnya memiliki buah hati (anak) yang mana anak tersebut menjadi tambahnya kasih sayang bagi suami istri, dan menjadikan kebahagiaan bagi mereka berdua”.
وَالْخَبَرُ الْجُزْءُ
الْـمُتِمُّ الْفَائِدَةْ كَــاللهِ بِرُّ وَالْأَيَادِى شَاهِدَةْ
“Istri itu sebagai motivator utama bagi kesuksesan suami dalam berjuang di jalan Allah ﷻ sebagaimana Allah ﷻ telah memberikan kenikmatan pada pasangan suami istri yang ideal”.
وَالْخَبَرُ الْجَامِدُ
فَارِغٌ وَإِنْ يُشْتَقُ فَهْوَ ذُوْ ضَمِيْرٍ مُسْتَكِنْ
“Seorang yang keras kepala, tidak mau menerima pendapat orang lain, selalu mau menang sendiri itu tandanya orang bodoh (kosong akal pengetahuannya). Dan orang yang selalu lapang dada, tahu akan kondisi dan situasi, bisa tampil dengan fleksibel, itu pertanda orang yang pengetahuannya luas”.
وَلَا يَجُوْزُ
اْلإِبْــتِدَاءُ بِالنَّــكِرَةْ مَالَمْ تُفْدْ كَعِنْدَ زَيْدٍ نَمِرَةْ
“Kita tidak boleh memutuskan perkara yang belum begitu jelas, sebelum
menegtahui asal permasalahannya
selagi tidak dalam keadaan terdesak.
Seorang wanita janganlah menerima
lamaran laki-laki yang belum jelas identitas atau nasibnya, selagi tidak dalam
keadaan terdesak untuk menghindari maksiat”.
وَهَلْ فَتٰى فِيْكُمْ
فَمَا حِلٌّ لَنَا وَرَجُلٌ مِنَ الْكِرَامِ عِنْدَنَا
“hai santriwati...! Adakah di hatimu seorang pemuda pujaan hati? Aku tidakpunya kekasih,padahal banyak lelaki yang pandai dan ganteng di sekeliling desaku, tapi apa daya seorang perempuan tak dapat mengutarakan isi hatinya, hanyalah gejolak yang ada didalam hati”.
وَاْلأَصْلُ فِى
اْلأَخْبَارِ أنْ تُؤَخَّرَ وَجَوَّزُوْا التَّقْدِيْمَ إذْ لَا ضَرَرَ
“Pada dasarnya seorang adik itu menikah setelah kakaknya, dan adik itu boleh mendahuli kakaknya bila tidak menjadikan sakit hati dan telah mendapatkan izin dari kakaknya”.
وَحَذْفُ مَا يُعْلَمُ
جَائِزٌ كَمَا تَقُوْلُ زَيْدٌ بَعْدَمَا عِنْدَكُمَا
“Bagi suami maupun istri itu boleh memutuskan hubungan bila telah jelas akan cacatnya yang telah disebutkan dalam hukum syara’, Dari pihak istri boleh mencerai istrinya, dan boleh memberi khulu’”.
وَفِى جَوَابِ كَيْفَ
زَيْدٌ قُلْ دَنِفْ فَزَيْدٌ اسْتُغْنِيَ عَنْهُ إِذْ عُرِفْ
“Laela bertanya kepada temannya ”Bagaimana keadaan Zaed kekasihku?” temannya menjawab “Zaed sedang sakit malarindu, tidak ada yang mampu mengobati kecuali bertemu dengan Laela”.”.
وَغَيْرُ مَاضٍ
مِثْلُهُ قَدْ عَمِلَا إنْ غَيْرُ مَاضٍ مِنْهُ اسْتُعْمِلَا
“Ilmu yang belumkau pelajari itu bisa dikaji sendiri bilailmu yang pokok telah kau kuasai serta tekun untuk memperdalamnya (seperti ilmu nahwu, shorof, balaghoh dan manthiq)”.
وَوَصْلُ مَا بِذِى
الْحُرُوْفِ مُبْطِلُ إعْمَالُهَا وَقَدْيُبْقَى الْعَمَلُ
“Suatu pekerjaan yang tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bahkan dicampur aduk dengan pekerjaan lain, pastilah hasilnya tidak begitu memuaskan, seperti dalam belajar, namun ingatan tertuju pada kekasihnya terus”.
وَاَعْطِ لَا مَعْ
هَمْزَةٍ اسْتِفْهَامِ مَا تَسْتَحِقُّ دُوْنَ اْلإسْتِفْهَامِ
“Berilah kasih sayang yang sama rata pada anak-anakmu. Baik yang pandai, bodoh, yang cantik, atau yang jelek, tampan atau buruk, toh semua itu amanat dari Allah ﷻ”.
وَجَرِّدِ الْفِعْلَ
إذَا مَا اُسْنِدَا لِاثْــنَــيْنِ أَوْجَمْعٍ كَفَازَ الشُّهَدَاءَ
“Pusatkanlah pikiranmu pada satu permasalahan, sehingga kau selesaikan dengan sebaik mungkin, jangan kau campur aduk dengan yang lain, walaupun berpuluh-puluh bahkan berratus-ratus masalah atau problem yang kau hadapi”.
إنْ مُضْمَرِ اسْمٍ
سَابِقٍ فِعْلًا شَغَلْ عَنْهُ بِنَصْبِ لَفْظِهِ أَوْ الْـمَحَلْ
فَالسَّابِقُ انْصِبْهُ
بِفِعْلٍ أُضْمِرَا حَتْمًا مُوَافِقٍ لِـمَا قَدْ أُظْهِرَا
“Bilamana seorang wanita mencintai seorang pria, (begitu pula sebaliknya) sedangkan pria tersebut terlanjur mencintai wanita lain, maka bagi pria yang mempunyai dua kekasih itu hendaknya memperhatikan dan menyayangi yang pertama sebagaimana yang kedua”.
وَفَصْلُ مَشْغُوْلٍ
بِحَرْفِ جَرٍّ أَوْ بِــإِضَافَةٍ كَوَصْلِ يَجْرِىْ
Perpisahan diantara kita itu tidak akan menggoyahkan bagi
kesetiaan janji kita"
berdua, walaupun jauh di mata namun
dekat di hati"
وَعُلْقَةٌ حَاصِلَةٌ
بِتَابِعٍ كَعُلْقَةِ بِنَفْسِ اْلإِسْمِ الْوَاقِعِ
“Cinta kitayang disambung dengan surat menyurat, bagi diri ini samalah artinya" dengan kehadiranmu, karena kehadiran suratmu itu bagai bayangan wajahmu yang hadir di depanku ”.
إنْ عَامِلَانِ
اقْتَضَيَا فِى اسْمِ عَمَلْ قَبْلُ فَالْوَاحِدُ مِنْـهُمَا الْعَمَلْ
وَالثَّانِى أَوْلَى
عِنْدَ أَهْلِ الْبَصْرَةِ وَاخْتَارَ عَكْسًا غَيْرَهُمْ ذَا أُسْرَةْ
“Bila ada dua orang
pria mencintai seorang gadis, maka bagi gadis itu harus memilih salah satunya.
Boleh memilih yang pertama, karena cinta pertama itu sungguh indah untuk
dikenang”.
وَأَعْمِلِ
الْـمُهْمَلَ فىِ ضَمِيْرِمَا تَنَازَعَاهُ وَالْــتَــزِمْ مَا اْلتُـــزِمَا
“Berilah foto pada pria yang tidak kau pilih dengan secara baik, supaya kedua pria tersebut tidak terjadi persengketaan”.
لَا أَقْعُدُ الْجُبْنُ
عَنِ الْهَيْــجَاءِ وَلَوْ تَوَالَتْ زُمَرَ اْلأَعْدَاءِ
وَكُلُّ وَقْتٍ قَابِلٌ
ذَاكَ مَا يَقْبَلُهُ الـمَكَانُ إِلَّا مُبْــهَمًا
“Setiap waktu bila digunakan seefesien mungkin, maka kita akan sadar apa arti hidup ini yang sesungguhnya, dan waktu tidak akan berarti bila digunakan seenaknya saja,kecuali hanya berlalu dengan tanpa arti”.
كَرُبَّ رَجِيْنًا
عَظِيْمِ اْلأَوَّلِ مُرَوَّعِ الْقَلْبِ قَلِيْلِ الْحِيَلِ
“Sebagai kreatifitas santri yang menjunjung tinggi integritas, agung cita-citanya, tenang hatinya, sedikit sifat dengki serta congkaknya hendaklah selalu mengharapkan Ridlo dan Rahmat Allah ﷻ dan selalu menerima apa adanya dari Allahﷻ,”.
وَوَصْلُ أَلْ بِذَا
الْـمُضَافِ مُغْتَفِرْ إِنْ وَصَلَتْ بِالثَّـــانِى كَالْجُعْدِ الشَّعَرْ
أَوْ بِالَّذِىْ لَهُ
أُضِيْفُ الثَّـــانِى كَـــزَيْدٍ نِالضَّارِبُ رَأْسِ الْجَانِى
وَرُبَّـــمَا أَكْسَبَ
ثَانِ أَوَّلًا تَـــأْنِـــيْــثًـــا كَانَ لِحَذْفٍ مُوْهَلًا
وَلَا يُضَافُ اسْمٍ
بِهِ اتَّـــحَدْ مَعْنَى وَأَوِّلْ مُوْهِمًا إِذَا وَرَدْ
وَلَا تُضِفْ
لِـمُفْرَدٍ مُعَرَّفِ أَيَّـــا وَإِنْ كَـــرَّرْتَـــهَا فَأَضِفِ
وَمَا يَلِـــىْ
الْـمُضَافَ يَــأْتِى خَلَفَا عَنْهُ فِى اْلإِعْرَابِ إِذَا مَا حُذِفَا
وَأَلِّفًا سَلِّمْ
وَفِى الْـمَقْصُوْرِ عَنْ هُذَيْلِ نِانْـــقَــلَابُـــهَا يَاءً حَسَنْ
وَجُرَّ مَا يَــتْبَعُ
مَا جُرَّ وَمَنْ رَاعِى فِى اْلإتْــبَاعِ الْـمَحَلِّ فَحَسَنْ
وَاجْرُرْ أَوْ انْصِبْ
تَابِعَ الَّذِى انْخَفَضْ كَمُبْـــتَغِى جَاهٍ وَمَالًا مَنْ نَـهَضْ
وَكُـلُّ مَا قُرِّرَ
لِاسْمٍ فَاعِلٍ يُعْطَى اَسْمَ مَفْعُوْلٍ بِلَا تَفَاضُلٍ
وَزَكِّـــهِ
تَزْكِـــيَـــةً وَأَجْمَلَا أَجْمَالَ مَنْ تَجَمُّلًا تَجَمَّلًا
وَاسْتَعِذِ
اِسْتِعَاذَةً ثُمَّ أَقِمْ إقَامَةً وَغَالِـبًا ذَا الـــتَّـا لَزِمْ
صِفَةُ نِاسْتُــحْسِنَ جُرَّ فَاعِلٍ مَعْنَى بِـهَا الـمُشْبِـهَةِ
اسْمِ الْفَاعِلِ
وَصَوْغُهَا مِنْ
لَازِمٍ لِحَاضِرٍ كَظَاهَرَ الْقَلْبِ جَمِيْــلِ الْحِيَـلِ
“Karakteristik santri yang selalu merendahkan diri, mampu menjadi figur bagi orang lain, memegang teguh loyalitas, stabil suci hatinya dan baik lahiriyahnya”.
وَعَمَلُ اسْمٍ فَاعِلِ
الْـمُعَدَّى لَهَا عَلَى الْحَدِّ الَّذِى قَدْ حُدَّا
“Usahanya orang
kreatif dan selalu optimis akan keberhasilannya, pasti akan mendapatkan hasil
yang gemilang dengan apa yang diusahakannya”.
كَـــلَنْ تَرَى فِى
النَّاسِ مِنْ رَفِـــيْــقٍ أَوْلَى بِهِ الْفَضْلُ مِنَ الصِّدِّيْــقِ
“Orang yang selalu melihat temannya dengan rasa kasih sayang, maka lebih utama dari pada orang yang jujur”.
فَالنَّعْتُ تَابِعٌ
مُــتِمُّ مَا سَبَـقَ بِوَسْمِهِ أَوْ وَسْمِ مَا بِهِ اعْتَلَقْ
وَلَا تَعُدْ لَفْظُ
ضَمِيْرٍ مُــتَّصِلْ إلَّا مَعَ اللَّفْظِ الَّذِى بِهِ وُصِلْ
“Dalam membuat karya tulis, risalah maupun surat, janganlah mengulang kata-kata yang telah disebutkan, supaya tidak terkesan kurang sistematik,kecuali untuk menjelaskan yang sulit dimengerti”.
فَاعْطِفْ بِوَاوٍ
سَابِقَا وَ لَاحِقًا فِى اْلحُكْمِ أَوْمُصَاحِبًا مُوَافِقًا
“Pupuklah jiwa kesetia kawanan dengan saling mengerti satu sama lain, seia sekata dalam keadaan suka maupun duka”.
وَابْنِ الْـمُعَرَّفَ
الْـمُنَادَى الْـمُفْرَدَا عَلَى الَّذِى فِى رَفْعِهِ قَدْ عُـهِدَا
“Pupuklah rasa kepercayaan diri dalam menghadapi ujian ataupun testing berdasarkan keluhuran jiwa tanpa rasa grogi dan tak terpengaruh dengan contekan”.
وَاْلأَكْـــثَرُ
اللَّهُمَّ بِالتَّعْوِيْضِ وَشَذَّ يَا اللَّهُمَّ فِى قَرِيْضِ
وَأَلَّفَا قَبْـلَهَا
مُؤَكَّــدَا فَعْلًا إِلَى نُوْنِ اْلإِنَــاثِ أُسْنِدَا
“Bilamana kau mencari seorang perempuan, sebelum kau utarakan isi hatimu, tumbuhkanlah rasa kepercayaan pada perempuan tersebut dengan perilaku yang terpuji”.
وَارْدُدْ
حَذَفْــتَــهَا فِى الْوَقْفِ مَا مِنْ أجْلِهَا فِى الْوَصْلِ كَـانَ
عُدِمَا
“Ambillah kembali anak perempuanmu ketika dicerai oleh suaminya dalam posisi yang benar, karena betapa sakitnya hati seorang istri ketika mengenang kebersamaannya dengan suami yang semuanya itu hanya tinggal kenangan belaka”.
فَأَلِفُ
التَّـــأْنِـــيْثُ مُطْلَقًا مَنَعْ صَرْفَ الَّذِى حَوَاُه كَيْفَمَا وَقَعْ
“Dalam kriteria hukum syariat Islam, seorang istri tidak boleh menasarufkan (membelanjakan) harta suaminya, baik harta itu berasal dari miliknya sendiri atau milik bersama”.
وَمَنْعُ عَدْلٍ مَعَ
وَصْفٍ مُعْتَبَرْ فىِ لَفْظِ مَثْنَى وَثُـــلَاثَ وَأُخَرْ
“Pada umumnya orang yang mempunyai istri lebih dari satu tidak dapat berbuat adil seratus persen kecuali orang yang benar-benar menjalankan syariat agama”.
وَاْلأَمْرُ إنْ كَانَ
بِغَيْرِ افْعَلْ فَلَا تَــنْصِبْ جَوَابَهُ وَجَزْمَهُ اقْبَلَا
“Seorang pemimpin bila tidak melakukan apa yang diperintahkannya, pasti tidak akan dipatuhi, bahkan sering diremehkan oleh anak buahnya, karena segala sesuatu dilihat dari realitasnya, tidak dengan pangkat, derajat maupun perkataan”.
وَالْفِعْلُ بَعْدَ
الْفَاءِ فِى الرَّجَا نُصَبْ كَـــنَصْبِ مَا إِلَى التَّــمَنَّى
يَـــنْـــتَصِبْ
“Pekerjaan yang dilakukan semaksimal mungkin haruslah disertai dengan roja’ (mengharapkan pertolongan Alloh ﷻ) supaya tidak putus asa ditengah-tengah usahanya, sebagaimana orang yang selalu mengharapkan anak cucunya menjadi baik dengan mendoakan dan memasrahkan diri pada Allah ﷻ”.
وَقَدْ يَلِــيْــهَا
اسْمٌ بِفِعْلٍ مُضْمَرٍ عُلِّقَ أوْبِظَاهِرٍ مُؤَخَّرِ
“Menurut kriteria hukum islam,seorang wanita itu kadang-kadang boleh kawin sirri (kawin gantung) asal memenuhi syarat. Akan tetapi, untuk menghilangkan asumsi-asusmsi dari masyarakat yang tidak di inginkan,makalebih baik dengan cara nikah jahr (mengadakn resepsi) supaya jelas bahwa keduanya telah terjalin ikatan yang sah”.
كَـــذَا الْغِنَى
عَنْهُ بِأَجْنَـــبِـىٍّ أَوْ بِمُضْمَرٍ شَرْطٌ فَرَاعِ مَا رَعَوْا
“Jadilah orang yang teguh dalam menentukan sikap, tidak tergoyah oleh keadaan dan rayuan, serta mantap dengan kemampuan dan milik sendiri tanpa mengharapkan sesuatu dari orang lain dan selalu menjaga norma-norma susila”
عَـلَامَةُ
التَّــأْنِــيْثِ تَاءٌ أَوْأَلِفٌ وَفِى اَسَامِ قَدَّرُوا التَّا
كَــالْكَـــــتْفِ
“Sifat perempuan itu pada umumnya lemah lembut dan keras dalam memperoleh suatu keinginan (ambisi). Dan para ahli psikologi telah melakukan diagnosis untuk mengetahui rahasia sifat kelembutan tersebut”.
وَيُعْرَفُ
التَّــقْـدِيْرُ بِالضَّمِــيْرِ وَنَــحْوِهِ كَــالرَّدِّ فِى
التَّصْغِــيْرِ
وَأَلِفُ
التَّــأْنِــيْثِ ذَاتَ قَصْرٍ وَذَاتَ مَدٍّ نَحْوُ أُنْــثَى الْغَرِّ
وَسَكِّنِ التَّــالِى
غَيْرَ الْفَتْحِ أَوْ خَفِيْفَهُ فَكُـــــلَّا قَدْ رَوَوْا
“Karena wanita di ibaratkan pohon yang bengkok, maka ajaklah istrimu untuk hidup dalam ketenteraman dengan cara meluruskan segala perilaku yang salah dan selalu memaafkan segala kesalahan serta menuntunnya ke jalan yang benar”.
وَفُعَّـــلٌ لِفَاعِلٍ
وَفَاعِلَهُ وَصْفَـــيْنِ نَحْوُ عَاذِلٌ وَعَاذِلَةْ
وَمِثْــلَهُ
الْفُعَّالُ فِيْـمَا ذُكِرَ
وَذَانِ
فِى الْـمُعَلِّ لَا مًا نَــذَرَا
“Dan jarang sekali anak salih salihah yang mampu menjadi penegak agama itu dihasilkan dari pasangan yang tidak baik perilakunya”.
وَقَلَّ
فِيْمَا عَيْــنُهُ الْيَا مِنْـهُمَا
“Dan di zaman globalisasi ini jarang sekali pasangan yang melakukan Sunnah Nabi dengan memperbanyak anak, karena pada umumnya mengikuti program KB”.
وَأَلِفُ
التَّـــأْنِــيْثِ ذُو الْقَصْرِ مَتَى زَادَ عَلَى اَرْبَعَةٍ لَنْ
يَــثْــبُــتَا
“Akal pikiran wanita itu sangatlah sempit, 1 % dibandingkan dengan akal pikiran
pria yang sampai 99 % di
ibaratkan luasnya laki-laki boleh memiliki istri empat, sedangkan wanita hanya
boleh memiliki satu suami saja”
وَحَذْفُ يَا
الْـمَنْقُوْصُ ذِى التَّـــنْوِيْنِ مَا لَمْ يُــنْصَبْ أَوْلَى مِنْ ثُبُوْتِ
فَاعْلَمَا
“Istri yang kurang ajar dan tak memenuhi haknya sebagai istri karena mempunyai simpanan laki-laki lain, sedangkan sang suami tidak mampu mengatasi dan tidak bisa di nasehati oleh siapa saja.bagi sang suami lebih baik mencerai dari pada tetap bersama dalam kancah kegundahan, keributan, kesusahan dan kekhawatiran. Dan perceraian itu merupakan alternatif terakhir”.
وَأَيُّ فِعْلٍ أَخِرٍ
مِنْهُ اَلِفْ أَوْ وَاوٍ أَوْيَاءٍ فَمُعْـــتَــلُّ عُرِفْ
“Perilaku seorang hamba akan baik. Tapi ada perilaku yang cacat bila itu disebabkan karena 3 (tiga) hal penyakit hati yaitu riya', sombong dan ujub’
وَغَيْرُ ذِى
التَّــنْوِيْنِ بِالْعَكْسِ وَفِى نَحْوِ مُرٍ لُزُوْمُ رَدِّ الْيَا
اقْـــتُــفِى
“Dan bilamana kekurangan sang istri bisa ditangani oleh suaminya sendiri dengan nasehat dan tidak mempunyai simpanan, maka selesaikan dengan cara baik-baik dan hindarilah yang merugikan pihak keduanya serta anak-anaknya”.
وَاسْمًا اَتَى
وَكُـــنْيَهُ وَلَقَبَا وَأَخِّرَنْ ذَا إِنْ سِوَاهُ
“Memanggil nama seseorang hendaklah dengan menyebut nama asalnya, ataupun nama samaran yang pantas (kun-yah). Dan janganlah memanggil dengan nama samaran yang tidak pantas (laqob), bila memang masih ada nama asal”.
وَفُـــكَ أَفْعِلْ فِى
التَّــعَجُبِ الْــــتُــزِمْ وَالْـــــتُـــزِمَ اْلإِدْغَامَ أَيْضًا فىِ
هَلُمّْ
“Hilangkanlah rasa kesombongan hatimu setelah kau merasa menguasai ilmu nahwu shorof (sintak mortologi) yang ada dalam Alfiyah Ibn Malik. Namun satukanlah hatimu dengan Alfiyah tersebut untuk merealisasikan dalam kitab-kitab fikih, karena tiada lain tujuannya untuk mengontekstualisasikan hukum-hukum fikih di bumi tercinta yang sesuai dengan pancasila”.
وَلَا تُــمِلْ مَا
لَمْ يَنَــلْ تَمَكَّــنَا دُوْنَ سِمَاعِ غَيْرَهَا وَغَيْرَنَا
“Janganlah kau mencintai seseorang disebabkan seringnya bertemu (tresno jalaran soko kulino), karena pada umumnya cinta yang berdasarkan nafsu birahi seringnya berjumpa menjadikan hal-hal yang tidak diinginkan, dan lebih sakit hati bila kasihnya tak sampai hingga harus berpisah”.
وَإِنْ يُفَرَّعْ
سَابِقٌ إِلَّا لِـمَا بَعْدُ يَكُنْ كَمَا لَوْ إِلَّا عُدِمَا
“Dalam diagnosis ahli psikologi dalam persoalan ingatan memberikan sebuah konkuler/bukti bahwasanya satu hafalan bila tidak diulang-ulang, bahkan menambah hafalan yang baru, maka akan hilang 5% dalam tempo waktu satu jam bahkan lama-kelamaan akan hilang bagai belum dihafalkan”.
وَوَصْلُ ذِى الْهَاءِ
أَجِزْ بِكُـــلِّ مَا حَرِّكَ تَحْرِيْكَ بِنَاءٍ لَزِمَا
“Sang suami itu mempunyai hak dan wewenang pada sang istri dalam mengatur aktifitas harta dan segala yang dimiliki istri,tentunya dengan didasari kasih sayang”.
وَوَصْلُهَا بِغَيْرِ
تَــحْرِيْكِ بِــنَا أُدِيْمَ شَذَّ فِى الْـمُدَامِ اسْتُحْسِنَا
“Dan bagi sang istri tidak mempunyai hak dan wewenang dalam mengatur aktifitas, harta dan lainnya kepada sang suami karena merupakan dosa besar”
وَحَرْفُ
اْلإِسْتِعْلَاءِ يَكُـــفُّ مُظْــهَرًا مِنْ كَسْرٍ أَوْ يَا وَكَــذَا
تَـــكُــفُّ رَا
“Orang yang mempunyai sifat sombong dan angkuh itu akan tercegah kebebasan bergaul, baik dengan sanak kerabat maupun dengan masyarakat sekelilingnya”.
وَلَا تُــمِلْ
لِسَبَبٍ لَمْ يَــتَّــصِلْ وَالْــكَــفُّ قَدْ يُوْجِبُهُ مَا يَنْفَصِلْ
وَفِعْلُ أَمْرٍ
وَمُضِيٍّ بُـــنِـــيَا وَأَعْرَبُوا مُضَارِعًا إنْ عَرِيَا
مِنْ نُوْنِ تَوْكِيْدٍ
مُبَاشِرِ وَمِنْ نُوْنِ إِنَاثٍ كَـــيَرُعْنَ مَنْ فُتِنْ
وَفِى اخْـــتِـــيَارِ
لَا يَجِـــيْئُ الْـمُتَّصِلْ إِذَا أَتَى اَنْ يَـــجِــــيْئَ
الْـمُــتَّصِلْ
وَاَلْعِ إِلَّا ذَاتَ
تَوْكِــيْدٍ كَـــلَا تَمْرُرْ بِــهِمْ إِلَّا الْفَــتَى إِلَّا الْعُلَا
وَجُمْلَةٌ أَوْ
شِبْــهُــهَـا الَّــذِىْ وُصِلْ بِهِ كَمَنْ عِنْدِى الَّــذِى ابْـــنُهُ
كُـــفِلْ
وَكَـــذَاكَ
حَذْفُ مَا بِوَصْفٍ خُفِضَا كَـــأَنْتَ قَاضٍ بَعْدَ أَمْرٍ مِنْ قَضَى
وَلَا يَكُــوْنُ اسْمُ
زَمَانٍ خَـــبَرًا عَنْ جُــثَّــةٍ وَإِنْ يُفِدْ فَأَخْبِرَا
“Seorang suami tidak boleh menikah dengan saudara kandungnya sang istri secara bersamaan, kecuali bila sang istri telah meninggal dunia”.
وَنَحْنُ عِنْدِى
دِرْهَمٌ وَلِـــى وَطَرْ مُلْتَـــزَمٌ فِيْهِ تَقَدُّمُ الْخَبَرْ
a ke Makkah, serta tidak terhalang oleh sesuatu, maka wajib baginya untuk mendahulukan hajinya”.
وَافْـــتَحْ مَعَ
الْـمَعْطُوْفِ إنْ كَرَّرْتَ يَا وَفِى سِوَى ذَلِكَ بِالْــكَسْرِ
ائْـــتِــنَا
“Kajilah terus ilmu yang telah kau ketahui dengan cara musyawarah, Insya Allah akan terbuka cakrawala ilmu yang luas. Dan bila ilmu yang kau ketahui tidak digali terus, maka akan terpendam dalam-dalam”.
وَيُــنْــدَبُ
الْـمَوْصُوْلُ بِالَّذِى اشْتَـــهَرْ كَبِئْرَ زَمْزَمَ يَـــلِـــى وَمَنْ
حَفَرْ
“Disunahkan bersilaturrahim kepada sanak saudara, baik saudara dari arah nasab ataupun kerabat, sebagaimana disunahkannya meminumair zam-zam dan ziarah ke hijir Isma’il”.
وَإِنْ تُرِدْ بَعْضَ
الَّذِى مِنْهُ بُـــنِى تُـضِفْ إِلَيْهِ مِثْلَ بَعْضٍ بَـــيِّنْ
“Bila kau menginginkan sebagian ilmu melekat dalam sanubari, maka pusatkanlah pikiranmu dalam satu tujuan (pelajaran) dan sandarkanlah hatimu selalu pada Allah, sebagaimana para Kyai yang telah mampu mengantongi berbagai ilmu dengan ketekunannya”.
وَقَائِلٌ وَاعَبْدِيَا
وَاعَبْدَا مَنْ فِى النِّـــدَا الْيَا ذَا سُكُــوْنٍ أَبْدَى
“Bagi orang yang ditinggal mati oleh orang tua atau saudaranya,hendaklah mengucapkan istirja’ dan mendoakannya, jangan sekali-kali mengucapkan seperti orang jahiliyah dengan memanggil-manggil si maut”.
وَالْفَتْــحُ نَزْرٌ
وَصْلُ التَّــا وَاْلأَلِفْ بِمَنْ بِـــإِثْرِ ذَا بِنِسْوَةٍ كَـــلِفْ
“Sedikit sekali orang yang ter buka hatinya untuk mendalami ilmu agama dan umum, sementara hatinya selalu tertuju pada cowok/cewek, kecuali hanya sebagian kecil (ilmu) yang diperolehnya”
فَذُو الْبَــيَـانِ
تَابِعٌ شِــبْهُ الصِّفَةْ حَقِيْقِيَّةُ الْقَصْدِ بِهِ مُنْكَشِفَةْ
“Orang wawasan ilmunya luas, pada umumnya mampu menerapkan ilmunya sesuai dengan kondisi serta mudah memahami pendapat orang lain dan selalu berusaha menguak cakrawala ilmunya yang masih terselip tabir kebodohan”.
وَاقْرُنْ بِفَا
حَتْمًا جَوَابًا لَوْ جُعِلْ شَرْطًا لِإِنْ أَوْ غَيْرِهَا لَمْ يَــنْـجَعِلْ
“Menjawab salam itu hukumnya wajib (fardlu ‘ain) bila yang ada hanya satu orang, namun bila yang diberi salam itu orang banyak,maka hukumnya fardlu kifayah”.
وَالْعِلْمَ
احْكِيَـــنَّهُ مِنْ بَعْدِ مَنْ إِنْ عَرِيَتْ مِنْ عَاطِفٍ بِـهَا
اقْـــتَرَنْ
“Ceritakanlah riwayat para Nabi, Ulama’ atau pemuka masyarakat setelah mereka meninggal dunia, agar supaya menjadi suri tauladan bagi generasi penerusnya”.
وَاْلإِسْمُ قَدْ
خُصِّصَ بِالْجَرِّ كَمَا قَدْ خُصِّصَ اْلفِعْلُ بِأَنْ يَنْجَزِمَا
فَقَدْ
يَـــــكُـــوْنَانِ مُــنَـــكَّــرَيْنِ كَمَا يَـــكُــوْنَانِ
مُعَرَّفَــــــــيْــنِ
فَمَنْعُهُ حِيْنَ
يَسْتَوِى الْجُرْآنِ عُرْفًا وَنُـــكْرًا عَادِمَــيْى بَـــيَانِ
وَخُفِّفَتْ إِنْ
فَقَلَّ الْعَمَلِ وَتَـــلْزَمُ اللَّامُ إِذَا مَا تُــهْمَلُ
“Orang yang terkena vonis penjara, bila tak banyak tingkah dalam meja hijau ataupun dalam tahanan, maka hukumannya kan diringankan”.