Pondok Pesantren Syamsul Huda
Desa Ciklapa Kec. Kedungreja Kab. Cilacap
Oleh : Mun’imul Huda
Cikal Bakal
Pesantren
Pondok
Pesantren Syamsul Huda terletak di Dusun Mulyasari Desa Ciklapa Kecamatan
Kedungreja Kabupaten Cilacap. Asal mula keberadaan Pondok Pesantren Syamsul
Huda dirintis sejak KH. Abdul Qohar mukim di desa Ciklapa. Namun sebenarnya
sebelum ada pesantren ini, aktifitas pendidikan keagamaan dan dakwah Islam
telah berlangsung sejak Kiai Abdur Rozaq (alm) membuka (babat) daerah
yang dulu dikenal dengan nama Senggang (sekarang Mulyasari). Beliau mendirikan
masjid walaupun saat itu masih sederhana, dan mewakafkan tanah seluas 5.000 M2.
Beliau berhasil merintis dan melakukan tugas mulia, behasil membentuk suatu kampung
yang islami dan damai. Bahkan anak cucunya hingga kini mewarisi kegiatan dakwah
dan pendidikan Islam di dusun Mulyasari tersebut dan di berbagai daerah
lainnya. Setelah sekian lama berdakwah dan berhasil menjadi founding father
bagi keberadaan masjid Syamsul Huda dan pendidikan agama di dalamnya, Alloh SWT
memanggilnya ke haribaan-Nya pada saat Indonesia baru berdiri sebagai sebuah
negara sekitar tahun 1947. Estafek dalam khidmah masjid berlanjut pada kiai
Syarbini selaku anak menantu beliau.
Generasi
Pertama : Masa Kiai Syarbini
Kiai Syarbini
mempunyai pembawaan dan karakter yang lemah lembut. Sebagai pemimpin agama
beliau sangat ngemong terhadap masyarakat dan sabar dalam mengajar santrinya.
Beliau dikenal sebagai orang yang tidak nekp-neko, bersahaja dan berpenampilan
sederhana. Hal ini dibuktikan baju beliau yang banyak ditambal walaupun
sebenarnya bukan orang yang kekuarangan karena mempunyai sawah dan pekarangan
yang luas. Dilihat dari sisi kebiasaan, beliau mempunyai kebiasaan yang sulit
ditiru oleh kebanyakan orang. Rutin, setiap hari Kamis sore beliau sangat rajin
datang ke makam Kiai Murjana dan KH. Abdurrozaq (ayahandanya dan ayah
mertuanya) untuk berziarah. Bahkan masyarakat sekitar makam menyebutnya sebagai
“mbah Kemis“, tahun 1971 beliau wafat di usia senja, 80-an tahun. Tugas
melanjutkan estafek khidmah agama melalui pendidikan dan masjid ternyata cukup
berhasil. Hal itu ditandai dengan pembangunan masjid yang cukup permanen pada
tahun 1971 dan mempersiapkan generasi penerus yaitu putranya, KH. Abdul Qohar.
Generasi Kedua : Masa KH. Abdul Qohar
Setelah
thalabul ilmi dari pesantren Kesugihan kemudian ke Jombangan Kediri, Abdul
Qohar muda kembali lagi ke pesantren pertamanya di Kesugihan. Di sinilah
kemudian ia mengabdikan diri di di almamaternya Pondok Pesantren Al-Ihya
Ulumaddin Kesugihan. Pada tahun 1947 beliau dinikahkan dengan Marhamah
al-Badriyah putri KH. Badawi Hanafi, pendiri dan pengasuh pesantren Kesugihan.
Di pesantren milik mertuanya ini Kiai Abdul Qohar mengabdi sekitar selama 4
tahun. Atas permintaan keluarga dan masyarakat, pada tahun 1975 beliau diminta
pulang ke kampung halamannya untuk melanjutkan kepemimpinan agama karena
wafatnya KH. Syarbini. Pada tahun 1979 beliau bersama istri menunaikan ibdah
haji bersama KH. Chasbulloh Badawi pengasuh PP. Al-Ihya 'Ulumaddin. Sesuai
dengan pepatah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Kepribadian dan karakter
KH. Abdul Qohar ternyata tidak jauh dari ayahnya, Kiai Syarbini. Selain dikenal
sebagai pribadi yang sabar dan lembut, beliau juga sering ngalah (tidak ingin
menang sendiri) khususnya bila menyangkut kepentingan pribadi, beliau juga
mempunyai pergaulan yang luas dengan banyak tokoh di wilayah Kedungreja karena
kiprahnya di oganisasi NU. Di era beliau inilah mulai dirintis dan didirikan
pondok pesantren yang dulu hanya dikenal dengan sebutan pondok. Usaha rintisan
ini, cukup berhasil sehingga mampu membuat asrama pondok di sebelah selatan
masjid dan santri mulai datang dari berbagai daerah. Di sisi lain, masjid pun
mengalami perkembangan yang cukup signifikan dilihat dari bangunannya. Pada
saat geliat perkembagan santri mulai terlihat dan kegiatan pendidikan pesantren
mulai terwujud, Allah SWT bekehendak lain, tahun 1984 beliau mulai sakit, dan
sakit terus berlanjut sampai akhirnya 5 Rajab 1405 bertepatan 26 Maret 1985
beliau dipanggil ke haribaan Yang Maha Kuasa di usia masih agak muda, 45 tahun.
Generasi
Ketiga : Masa Perkembangan
Wafatnya KH.
Abdul Qohar keberadaan pondok pesantren sangat memprihatinkan karena belum ada
kader yang meneruskan, putra-putri beliau masih usia anak-anak, bahkan santri
pun satu persatu pulang kampong. Selama lebih kurang 7 tajun pengelolaan
pesantren pun fatroh tanpa pengasuh. Pada masa vakum ini kepemimpinan masjid
diserahkan kepada H. Ansor, saudara ipar KH. Abdul Qohar. Atas dorongan,
motivasi dan bimbingan KH. Mustholich Badawi dan KH. Chasbulloh Badawi ide
menghidupkan kembali pesantren. Baru kemudian pada tahun 1992 putri pertama
dari KH Abdul Qohar, Di’ayatul Khoeriyah menikah dengan Wachyudin, seorang
santri alumnus PP. Al-Ihya Ulumaddin, dirintis kembali pesantren dan imam
masjid beralih kepadanya. Pada saat itu pula pesantren mulai dihidupkan lagi
dan tahun berikutnya 1995 Mustakim (suami Natijatul Muna putri kedua KH. Abdul
Qohar) merintis MTs Syamsul Huda, santri pun mulai berdatangan. Pada tahun 2006
Mun’imul Huda (anak ke-3) mendirikan MA Syamsul Huda yang kini mulai
menunjukkan fase kemajuan seiring dengan jumlah santri yang terus bertambah.
Pada tahun 2009 Munajayanh (menantu) merintis berdirinya PAUD Syamsul Huda.
Para Pengasuh
Kepemimpinan
Pondok Pesantren kini secara kolektif sebagai berikut :
1. Ny.Hj.
Marchamah al-Badriyah, (istri KH. Abdul Qohar (alm),
2. KH.
Wachyuddin, S.Ag + Ny.Hj. Di’ayatul Khoeriyah, Ah (anak ke-1),
3. KH.
Mustakim, S.Ag + Ny.Hj. Natijatul Muna, S.Pd.I (anak ke-2),
4. KH. Mun’imul
Huda, S.Ag (anak ke-3) + Ny.Hj. Munjayanah, S.Ag (menantu),
5. KH. Toifur,
M.Si + Ny.Hj. Kharisatul Ulwiyah, S.Kep
6. K. Ulun
Nuha, M.Pd.I (anak ke-5). + Ny.In Kurniasih, Ah, S.Pd.I (menantu).
PP. Syamsul Huda Kini
Seiring
perjalanan waktu Pondok Pesantren Syamsul Huda sejak berdirinya terus mengalami
perkembangan dan akan terus mendidik, membekali dan menyiapkan santri agar
mengamalkan ilmu dan mampu turut aktif berperan membangun di masyarakat. Bahkan
sejak tahun 2013 telah menghasilkan beberapa santri dengan spesifikasi
tahfidzul qur'an. Hingga kini telah melahirkan 5 santri hafidz. Santri tahfidz
dibimbing langsung oleh dua pengasuh yaitu Ny.Hj. Di’ayatul Khoeriyah, Ah dan
Ny.In Kurniasih, Ah, S.Pd.I. Demikian pula perkembangan lembaga pendidikan
formal di bawah naungan Yayasan Badan Amal Kesejahteraan Ittihadul Islamiyah
(Ya BAKII). MTs Syamsul Huda sejak tahun 1995 telah meluluskan tidak kurang
3.000 alumni. MA Syamsul Huda sejak tahun 2006 telah meluluskan tidak kurang
950 alumni. PAUD Syamsul Huda sejak tahu 2009 telah meluluskan tidak kurang
250-an siswa.
Lima Jiwa Pondok Pesantren Syamsul Huda
Pondok
Pesantren Syamsul Huda beriktiar agar kehidupan santri dalam pesantren dijiwai
oleh suasana berikut : 1. Ikhlas dalam bertindak
2.
Kesederhanaan dalam penampilan
3.
Kemandirian/berdikari hidup
4. Ukhuwah
islamiyah
5. Kebebasan
bertanggungjawab
Aktifitas Harian
Rangkaian
kegiatan santri telah ditentukan secara sistemik dengan pembagian waktu sebagai
berikut :
1. 03.30-04.30
Qiyamul lail (tahajud)
2. 04.30-05.00
Shalat Shubuh berjamaah
3. 05.00-06.30
ngaji pagi system bandongan
4. 06.30-07.00
mandi, sarapan pagi
5. 07.00-13.30
belajar di MTs, MA
6. 13.30-15.30
istirahat siang
7. 15.30-16.00
shalat ‘ashar berjamaah
8. 16.00-17.30
madrasah diniyah
9. 17.30-18.00
makan sore persiapan shalat magrib
10. 18.00-18.30
jamaah shalat magrib
11. 18.30-19.30
ngaji sistem sorogan
12. 19.30-20.00
jamaah shalat isya
13. 20.00-22.00
ngaji takror (mengulangi)
14. 22.00-03.30
istirahat malam
Kegiatan Tambahan
A. Tartil
Al-Qur'an setiap ba'da maghrib malam Jum'at
B. Pembacaan
Al-Barzanji setiap ba'da isya malam Jum'at
C. Simaan
Al-Qur'an setiap Ahad pagi
D. Ngaji
selasan setiap ba'da maghrib malam Selasa
E. Latihan
ceramah/pidato ba'da isya setiap malam selasa
Fasilitas Pesantren
Saat ini kamar
santri sebanyak 12 kamar, 10 kamar mandi, 10 WC, 1 ruang aula putri.
Pendidikan
Formal
1.
PAUD Syamsul Huda 2 ruang kelas
2.
MTs Syamsul Huda 15 ruang kelas
3.
MA Syamsul Huda 12 ruang kelas
Demikian sekelumit sejarah pondok pesantren Syamsul Huda, tentu di dalamnya terdapat kekurangan dan mugkin kesalahan, penulis terbuka untuk menerima koreksi dan kritik demi perbaikan dan kelengakapan tulisan ini, semoga bermanfaat.
Wallohu
a'lam...
Cilacap, 18 Februari 2020 (update)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar